STUDI KASUS, METODE “HERMAPRODIT”?
Oleh: B. S. Wijaya
Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2006). Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti (deskriptif). Namun sesungguhnya, studi kasus memiliki beragam strategi dan tujuan metodologis, ada studi-studi kasus deskriptif, studi-studi kasus eksploratoris, dan studi-studi kasus eksplanatoris (Robert K Yin, 1996). Ketiganya dapat digunakan secara bersama (strategi pluralistik) atau secara sendiri-sendiri. Meskipun setiap strategi memiliki karakteristik tersendiri, banyak wilayahnya yang tetap saling tumpang tindih. Sehingga pengelompokan tersebut bukanlah pengelompokan yang tegas dan tajam serta tidak dibedakan dari aspek hirarkisnya.
Dalam metode Studi Kasus, penelaahan berbagai sumber data membutuhkan berbagai macam instrumen (teknik) pengumpulan data mulai dari wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi-dokumentasi, kuesioner (hasil survei), rekaman, bukti-bukti fisik, dan lain-lain.
Demikian beragamnya instrumen yang digunakan, membuat studi kasus merupakan satu-satunya metode yang tidak secara tegas memisahkan wilayah Kualitatif dan Kuantitatif dalam proses pencarian informasi. Untuk tujuan deskriptif, eksploratoris maupun eksplanatoris-nya, Studi Kasus cenderung ’menghalalkan segala cara’ dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Patokannya adalah kelengkapan dan komprehensivitas. Cara yang lazim digunakan pada paradigma kualitatif maupun kuantitatif dapat digunakan secara bersama-sama, atau setiap paradigma masing-masing dapat menggunakan metode Studi Kasus. Itulah mengapa, metode studi kasus kerap dijuluki sebagai metode hermaprodit.
K Yin menyebutkan dua jenis studi kasus, yakni studi kasus tunggal (klasik) dan studi multikasus. Dalam studi multikasus, cara-cara yang lazim diterapkan dalam metode eksperimen (kuantitatif) juga dipakai, meskipun logika yang digunakan bukanlah logika sampling, melainkan logika replika. Kasus-kasus yang telah dipilih secara hat-hati berperan seperti pada eksperimen ganda, memiliki hasil yang sama (replika literal) atau hasil yang bertentangan (replika teoretis) dengan yang diprediksikan (dihipotesiskan) secara eksplisit pada awal penelitian (K Yin, 1996). Kasus-kasus ’eksperimentatif’ tersebut digunakan untuk menguji teori yang ada. Sehingga, dari hasil penelitian dapat diketahui apakah kasus tersebut menguatkan teori atau memunculkan teori baru. (by:bams)
ata
saya lg butuh saran nih…
saya lagi buat skripsi mengenai braga festival sebagai strategi marketing PR untuk meningkatkan brand image wisata kuliner, seni budaya dan belanja…
saya pake studi kasus kualitatif…
teori apa yg cocok untuk saya gunakan
trims
LikeLike
bambangsukmawijaya
Salah satu yang menarik dari penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif adalah peneliti tidak terikat pada suatu teori. Karena tidak seperti pada Kuantitatif yang cenderung ‘menguji’ teori, maka pada Kualitatif kita leluasa bereksplorasi pada fenomena yang ada dan bahkan sangat memungkinkan untuk memunculkan teori baru berdasarkan hasil temuan dan analisis kita pada kasus atau persoalan yang kita teliti. Jadi “mulailah di lapangan, dan akhirilah dengan ‘teori’.”
Saran saya untuk penelitian Anda:
1. Jangan fokus pada teori apa yang Anda gunakan, tapi fokuslah pada masalah apa yang hendak Anda teliti
2. Buatlah desain penelitian Anda secara sistematis. Susunlah pertanyaan-pertanyaan panduan (discussion guide) sesuai kategori-kategori permasalahan yang ingin Anda dalami, jika Anda temukan perkembangan baru di lapangan, rapikan dan masukkan dalam kategori yang sudah Anda buat, jika tidak masuk, buatlah kategori baru untuk memudahkan Anda menganalisisnya
3. Dalam penyajian, usahakan Anda seenjoy mungkin, berpikirlah bahwa “Anda yang paling tahu masalahnya, karena Andalah penelitinya, yang terjun langsung ke lapangan, bukan orang lain”, jadi paparkan, deskripsikan apa adanya, alirkan sebagaimana Anda bercerita kepada orang lain. Bapak Prof Deddy Mulyana (ahli Komunikasi dari Unpad) pernah mengatakan, menyajikan hasil penelitian kualitatif itu seperti menulis novel, jadi peneliti bebas menuangkan apa yang dia lihat dan rasakan di lapangan. Jadi, sekali lagi lupakan teori-teori yang membelenggu, karena Anda berpotensi menciptakan ‘teori’ baru dari hasil pengamatan dan analisis Anda di lapangan terhadap kasus yang Anda teliti. Sekali lagi, terhadap KASUS yang Anda teliti, bukan kasus atau masalah penelitian lain.
4. Namun, Anda tetap butuh tinjauan pustaka. Di bagian ini, sebelum terjun ke lapangan, Anda perlu menelusuri/mencari “segala macam bahan pustaka yang relevan” dengan masalah atau topik penelitian Anda. Hal ini mencakup penelitian-penelitian yang pernah dilakukan (skripsi, tesis, desertasi, jurnal, artikel ilmiah, dll), sebanyak dan sejangkauan Anda saja (jangan memaksakan diri kalau yang Anda temukan hanya segitu, namun Anda tetap perlu membuka diri bila menemukan sumber-sumber pustaka baru dari teman, dari pembimbing, dll). Nah, simak hasil penelitian yang sudah ada tersebut, kesimpulannya apa, obyek penelitian apa, di mana, kapan, dan bandingkan dengan masalah/ topik yang Anda akan teliti.
Hal ini membantu, pertama: akan menguatkan dan menajamkan masalah atau topik yang hendak Anda teliti (berarti yang Anda teliti benar-benar beda, baru, dan menarik), kedua: memperkaya referensi pembaca untuk memahami topik yang sedang Anda teliti secara keseluruhan. Tapi, sekali lagi, “CARILAH RUJUKAN YANG RELEVAN SAJA, ABAIKAN YANG TAMPAKNYA RELEVAN TAPI SEBENARNYA TIDAK RELEVAN”. Misalnya, untuk topik Anda, cukup fokus pada penelitian-penelitian tentang marketing PR sebuah festival; di mana, kapan dan apa obyeknya. Kemudian penelitian tentang Braga Festival, dari sisi lainnya, misalnya dari sisi marketing Eventnya, atau dari sisi advertisingnya. Jadi buatlah relevansi silang. Hasil penelitian/bahan pustaka yang meneliti tentang Braga Festival, dan yang meneliti tentang Marketing PR Festival.
Sumber pustaka berikutnya adalah pendapat-pendapat pakar atau peneliti lain berkaitan dengan topik yang Anda teliti: tentang marketing PR, tentang Festival sebagai alat komunikasi pemasaran, tentang branding concept, dll. Teori-teori komunikasi tentang persuasi atau teori impression management dan dramaturgi dari Goffman mungkin masih relevan, tapi pilihlah “yang paling dekat” dengan topik Anda mengenai brand image. Bacalah buku-buku marketing dari Al Ries (the Fall of Advertising and the Rise of PR) atau Sergio Zymann (The End of Advertising as We Know It), Lynn B Upshaw (Building Brand Identity), dll.
Sekali lagi, teori “tidak wajib” dalam penelitian kualitatif. Bisa dikatakan, teori dalam kualitatif adalah “bagian dari fakta yang Anda temukan”. Anda bisa gunakan teori-teori yang sudah ada sebagai perbandingan atau inspirasi belaka, ketika Anda membahas fakta-fakta hasil pengamatan Anda, agar penelitian Anda ‘lebih kaya’ dan komprehensif. JANGAN TERPAKU PADA TEORI, TAPI TERPAKULAH PADA FAKTA DI LAPANGAN. Jangan memaksakan diri, menyambung-nyambungkan teori yang tidak nyambung, hanya supaya terlihat ilmiah. Teori, pendapat pakar, hasil penelitian lain hanya sebagai “data pendukung” atau alat bantu (referensi) yang memberi warna pada pembahasan hasil penelitian Anda. Sama dengan ketika melukiskan sebuah karakter atau peristiwa dalam novel, misalnya: “Tubuhnya pendek dan bulat, mengingatkan saya pada sosok Danny Da Vito dalam film Twins.” Atau, “Kejadiannya cepat sekali. Saya hanya menoleh sesaat untuk menyaksikan seorang Ibu yang merintih di sisi kiri saya, tahu-tahu dompet di saku kanan celana saya sudah melayang. Saya tiba-tiba teringat kejadian yang menimpa teman saya Fajar, di daerah yang sama. Saat itu dia digerogoti oleh lima orang tak dikenal yang secara kilat menyapu bersih barang berharga yang melekat di tubuhnya.” Nah, fakta “karakter fisik Danny Da Vito di Twins” dan “kejadian yang menimpa Fajar” sama persis fungsinya dengan teori, pendapat pakar dan hasil penelitian orang lain yang Anda gunakan dalam membahas hasil penelitian Anda.
Mudah-mudahan, penjelasan saya ini cukup membantu. Semoga penelitian Anda lancar dan sukses.
Salam, Bambang.
LikeLike
ata
mas bambang, makasih jawabannya atas pertanyaan saya yg kmrn..tp saya ada pertanyaan baru mengenai penelitiaan saya…ternyata judulnya berubah krn menurut dosen pembimbing saya, dgn judul yg kmrn dgn tradisi penelitian yg saya pilih tidaklah sesuai…judul terbaru penelitian saya adalah…braga festival sebagai public report pertanggungjawaban tahunan untuk meningkatkan citra pariwisata…dalam kajian pustaka saya menggunakan tradisi fenomenologi, teori interaksi simbolik, konstruksi sosial dan culture studies…menurut mas bambang bagaimana?tepat ataukah tidak pilihan saya itiu
LikeLike
bambangsukmawijaya
Pertama, saya belum paham mengenai makna “public report pertanggungjawaban tahunan”. Tolong dijelaskan.
Kedua, kajian pustaka biasanya berupa penulusuran literatur, hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, kutipan-kutipan artikel, jurnal, berita dan sebagainya. Mungkin yang kamu maksud dengan tradisi fenomenologi dan sebagainya adalah dalam tataran metodologis, jadi maksudnya metode fenomenologi, interaksi simbolik, dan sebagainya. Nah, kalau itu benar, berarti kamu harus memilih salah satu, tidak bisa menggunakan semuanya. Pada teknik penelitian atau pengumpulan data, kamu bisa menggunakan macam-macam seperti wawancara mendalam, penggunaan dokumen (diary, client’s brief, dll), observasi dan pengamatan sekaligus. Pemahaman mengenai fenomenologi dan interaksi simbolik mungkin bisa kamu lihat pada bagian ulasan saya yang lain di blog ini berjudul “Fenomenologi dan Interaksi Simbolik”.
Ketiga, kelihatannya kamu belum fokus ya. Dan belum pasti tema penelitiannya. Menurut saya, kamu fokuskan dulu mencari tema dan judul yang pas, kemudian tentukan masalah apa yang ingin kamu ketahui/ teliti dari tema tersebut. Tentu ada latar belakang masalah kamu, kenapa masalah tersebut penting untuk kamu teliti, nah ungkapkan di latar belakang itu. Buat yang simpel, relevan dan fokus pada tema dan masalah penelitian kamu saja, nggak perlu ngelantur. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam penelitian jangan “cari-cari masalah”. Artinya, jangan mempersulit diri dengan merumitkan tema dan masalah penelitian, tapi tentukan saja secara sederhana dan clear. Pasti ketemu.
Keempat, menurut saya, kalau kamu melihat fenomena menarik dalam pemanfaatan strategi marketing PR dalam Braga Festival, kenapa kamu tidak teruskan saja yang lama? Kamu tinggal mencari dan mempertajam sudut masalah dan temanya saja. Misalnya, kalau kamu menginginkan paradigma studi kasus kualitatif, kamu bisa membuat tema: “Peran Strategi Marketing PR dalam Pembentukan Citra Obyek Wisata Budaya, Belanja dan Kuliner: Studi Kasus Braga Festival“. Jadi jelas, rumusan masalah yang ingin kamu ketahui adalah: 1). Bagaimana peran strategi marketing PR dalam pembentukan citra merek Braga sebagai obyek wisata budaya, belanja dan kuliner? 2). Faktor-faktor apa sajakah yang paling penting dalam pembentukan citra merek Braga sebagai obyek wisata budaya, belanja dan kuliner? 3) Bagaimana konsumen mempersepsikan Braga sebagai obyek wisata budaya, belanja dan kuliner?
Nah jawabannya adalah hasil penelitian, yang bisa kamu deskripsikan secara rinci MISALNYA: catat dan gambarkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang berkaitan atau merupakan bagian dari strategi marketing PR yang dilakukan oleh panitia festival (jawaban masalah 1), identifikasi secara jelas faktor-faktor yang muncul dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan baik terhadap panitia maupun konsumen YANG PALING BERPENGARUH/PENTING DALAM PEMBENTUKAN CITRA DARI FESTIVAL TERSEBUT, apakah pameran lukisannya, festival jajanannya, diskon belanjanya, atau justru peran kaki lima dengan makanan2nya yang enak dan murah (semua tergantung hasil penemuan kamu di lapangan) dan berikan alasannya mengapa itu menjadi faktor penting menurut kamu (jawaban masalah 2), dan bagaimana konsumen melihat Braga sebagai tempat wisata budaya, belanja dan kuliner, apakah mereka melihat braga sebagai tempat yang romantis, tempat yang nyaman, tempat yang membuat mereka mengenang masa lalu, tempat pelesir, harga-harga terjangkau, barang-barangnya unik, dan kenapa mereka berpikir dan berpendapat seperti itu, pancing pula, jika diibaratkan manusia, mereka melihat braga itu seperti apa? tanya perasaan, pendapat dan keluhan-keluhan mereka mengenai braga festival, dan sebagainya, kejar terus sampai kamu dapatkan informasi yang dalam dan luas pada konsumen. Tak perlu banyak-banyak, 5-10 konsumen dengan mewakili usia, asal, status yang beragam, sudah cukup. Bahkan kurang dari jumlah itu pun cukup jika kamu merasa informasi yang kamu butuhkan sudah memadai untuk kamu berkesimpulan atau menemukan suatu persepsi yang unik dan menarik untuk menggambarkan tentang citra braga di mata mereka (jawaban masalah 3). Nah semua hasil penelitian itu kamu ulas dengan membanding-bandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan penggunaan marketing PR pada event festival, atau penelitian tentang citra braga sebelumnya yang relevan, juga banding-bandingkan (jika ada) dengan pendapat pakar, artikel-artikel, pemberitaan yang relevan ketika kamu membahas tentang fenomena yang muncul dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut.
Jadi, Teknik Penelitian dan Pengumpulan Data yang kamu gunakan adalah Wawancara mendalam (kepada panitia atau yang berwenang membuat dan menjalankan strategi marketing PR Braga Festival dan kepada konsumen/masyarakat yang menaruh perhatian terhadap braga dan festival tersebut), juga teknik Penggunaan Dokumen (catatan2 panitia, foto-foto, file2 mereka yang berkaitan, kliping-kliping artikel di media, rekaman liputan tv dan radio (jika ada) dan sebagainya yang mendukung/berkaitan dengan braga festival atau citra braga itu sendiri), juga Observasi atau pengamatan langsung di lapangan jika kamu ikut menyaksikan event-nya (jangan lupa dalam observasi selalu dicatat agar tidak hilang (kalau perlu direkam/foto), atau pada saat kamu turun ke lapangan untuk mewawancarai konsumen atau masyarakat yang cukup kompeten untuk memberikan penilaian, perasaan dan pendapatnya.
Mudah, kan?
Oke, selamat meneliti. semoga sukses!
LikeLike
si keren
Beng, lu aja deh yang bikinin skripsi gw. daripada ribet argumen bolak-balik. hehehe
LikeLike
bambangsukmawijaya
Halo Fajar temen yang baik… saya hanya membantu dan memberi saran agar lebih clear dan fokus. Bagaimanapun, kamu sebagai peneliti-lah yang paling tahu dan paham mengenai penelitian kamu. Argumen, saran, dan sebagainya yang datang dari luar hanya sebagai referensi.
Saya teringat ungkapan profesor pembimbing saya dulu ketika S1 yang sampai sekarang menjadi ‘pegangan hidup’ saya: ilmiah bukanlah merumitkan sesuatu yang (sebetulnya) sederhana (agar terlihat/dikatakan ilmiah), tapi justru sebaliknya, ILMIAH ADALAH MENYEDERHANAKAN SESUATU YANG RUMIT. Ibarat benang kusut, paradigma dan metode ilmiah berusaha mengurai benang kusut itu agar terlihat lurus dan bening. Dalam prosesnya memang kadang harus “penuh perjuangan”, seperti ada pertempuran pikiran, pendapat dan analisis yang tak habis-habis, tapi itu hanya proses biasa, karena ujung-ujungnya (jika sukses) pasti akan menghasilkan pemikiran atau hasil analisis yang simpel, clear dan peace 🙂
Ah, saya kira Fajar yang setiap hari bergelut dalam dunia bedah-membedah kasus pemasaran pasti lebih paham dan jago. Daya analisis kamu ‘kan lebih tajam dan terarah serta mengarahkan. Makanya, saya adalah salah satu yang tak sabar ingin melihat hasil skripsi kamu diterbitkan sebagai buku teks marketing. Karena penggunaan new media itu menarik dan jarang buku-buku teks marketing di Indonesia yang mengulasnya.
LikeLike
ata
mas, dosen saya menjelaskan kalau saya pake fenomenologi dgn judul yg kmrn “sakti bgt” jadi judul yg baru itu hasil dari dosen pembimbing pertama saya…inti dari penelitian ini krn saya menggunakan fenomenologi krn ini bukan hal yg biasa…sebuah event festival jd public report pertanggungjawaban kinerja selama satu tahun kepada publik…
jadi saya membahas kegiatan braga festival untuk meningkatkan citra pariwisata secara keseluruhan….
pembahasannya saya menggunakan empat proses PR….nanti strategi MPRnya di masukkan ke proses PR yg communicating…
mas, bisa kasih tahu referensi mengenai studi kasus
thanks
LikeLike
Crysant
Hallo, boleh tau referensi buku2 studi kasus ga?
g lg bikin skripsi nih, asalnya judul g “program MPR Panin Bank Bandung dlm meningkatkan citra positif perusahaan” trus kemaren udah sidang proposal eh disuruh ganti jadi pilih salah satu event MPR panin Bank aja, nah g mo ngambil gathering comtech panin bank n disuruh jadi studi kasus. Makanya g pengen tau dulu kaya apa sih studi kasus…
Thanks ya..tolong kasih kabar secepatnya ya..thanks banget loh! ;p
LikeLike
vella ank'a bu rumi
kyen om penjelasanNa…
smgt ja bwt ide2 briliannya!!!
LikeLike
bambangsukmawijaya
Hallo Crysant…
Coba baca buku Robert K Yin berjudul METODE STUDI KASUS… kalau ngga salah diterbitkan oleh Penerbit Rajawali Pers.
Namun, di buku-buku penelitian yang lain juga selalu dibahas mengenai metode Studi Kasus ini. Meskipun tidak secara khusus seperti buku Robert K Yin tersebut, namun hampir pasti semua buku metodologi penelitian (terutama yang Kualitatif) selalu memberikan ulasan mengenai Studi Kasus. Silakan menelusurinya.
Dan selamat meneliti.
Sukses!
B
LikeLike
dina
saya bingung mengenai studi kasus ini mas,..besok saya ada tugas bikin proposal. rencana saya mo ngambil konsep maritim mengenai permasalahan nelayan.
LikeLike
ari pandan
lam kenal sebelumnya ya..
maw namya nie.. ari masih bikin skripsi tentang evaluasi kampanye sosial
btw buku2 referensina masih sedikit
yg ada bukuna kotler (social marketing 1989,2002), ma venus (manajemen kampanye 2004)..
kalo semisal ada ada yang tahu referensi lain mhon diberitahu ya..makasi sebelumna..
LikeLike
nyai
mo nanya kuliah dmn yak?
open my blog at: tekpen-blog.blospot.com
LikeLike
Indria Puspita Maharani
mas bambang saya pengen tanya nih, buat tambahan nyusun skripsi saya, menurut mas..bagaimana strategi komunikasi politik pasangan Ahmad Heriawan – dede yusuf dalam pilgub kemarin sehingga mereka dapat memenangkan pemilihan padahal sebelumnya banyak pakar politik yang menganggap mereka hanya sebagai juru kunci saja ….
Dengan memakai metode kualitatif, bagaimana ya latar belakang yang harus saya tulis…
LikeLike
opie
asslmkum wr.wb
duh maz bambang hebat sekali yaa komentarnya, salam kenal ya maz bambang aku opie dari univ mercu buana jurusan PR, ak juga lagi ada tugas lat membuat skripsi, ak bingung sekali!mungkin baru kali ya maz,……………..maz bambang ak mw tanya jenis-jenis tipe penelitian itu apa aj dan jenis-jenis metode penelitian itu apa aj…………………trims maz bambang!
LikeLike
opie
di tunggu yaa maz jawabannya……………….!
LikeLike
caecil
saya ambil tesis tentang wisata kuliner, bisa bantu teori-teori yang mendukung gak ya mas.
LikeLike
kun kun
lam kenal,
mu minta ataolong dijelaskan tentang studi deskriptif dalam ranah psikologi, bagaimana penyusunannya.. tks
LikeLike
tris
mas, saya mau tanya niy, saya lagi mulai skripsi, kemaren dosen pembimbing saya sudah menyetujui penelitian saya “proses pengambilan keputusan pada kelompok yang kohesif”dengan pendekatan studi kasus. tapi saya tertarik dengan komunikasi kebijakan pemerintah dalam krisis bahan bakar minyak dan gas…apakah, masalah tersebut masih relevan jika diteliti menggunakan pendekatan studi kasus…? karna saya ingin tetap menggunakan metode tersebut untuk penelitian yang saya lakukan…oya, boleh tahu referensi buku lain tentang penelitian kualitatif, khususnya studi kasus? selain dari K yin?! (dosen saya tidak menyarankan menggunakan buku tersebut, karena menurutnya, isi buku tersebut tak lagi relevan) terimakasih…
LikeLike
bambangsukmawijaya
opie,
beberapa tipe penelitian yang dikenal antara lain penelitian eksploratif (eksplorataris), deskriptif, eksplanatif, dan evaluatif… sedangkan jenis-jenis metode banyak sekali, antara lain studi kasus kualitatif dan studi kasus kuantitatif, metode survey dan ekperimental (kuantitatif), metode fenomenologi dan etnometodologi, etnografi (kualitatif), dan banyak lagi… mungkin saya akan membahasnya nanti satu-satu di blog ini dalam Kategori “Metode Riset komunikasi” dengan berbagai referensi yang saya gunakan… soalnya, tiap buku/ penulis kadang memberi istilah dan penjelasan yang berbeda… inilah yang kadang membingungkan mahasiswa atau calon peneliti… moga2 blog saya ini bermanfaat ya, karena saya coba menguraikan dalam bahasa dan gaya penjelasan sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan diaplikasikan…
salam,
Bambang
LikeLike
fauzi
mas, sy lg mw neliti studi kasus tentang penerapan suatu metode mengajar berdasarkan hasil analisis daya abstraksi siswa dan karakteristik materi larutan elektrolit. sy dah bc robert k yin yg bku studi kasus itu, tp permasaalahanny valididtas yg sy pke bwt instrumen pnlitian adalah valididtas content. mas pny rujukan tuk nyri cr nyusun kisi2+kuesioner tntang penilaian afektif+psikomotor siswa, kisi2 kuesioner pemahaman pembelajaran+kisi2 wawancara siswa?
mhon tuk d blz jg k email sy ziefunk_racerteam@yahoo.com
LikeLike
neni
halo mas! saya mau tanya boleh?
yang membedakan studi kasus deskriptif dengan studi kasus eksploratoris dan dengan studi kasus eksplanatoris itu apa ya? apakah dari pertanyaan penelitiannya? (eksploratoris lebih condong ke pertanyaan “what” dan eksplanatoris dan deskriptif lebih didominasi pertanyaan “how” dan “why”)
sedangkan ada pernyataan seperti ini: studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why” dan sebenarnya jenis penelitian studi kasus tidak menguntungkan bagi tipe pertanyaan eksploratoris…walaupun eksploratoris bisa digunakan untuk semua jenis penelitian.
jadi jika pertanyaan penelitian saya lebih didominasi dengan pertanyaan “apa/what” apakah tdk akan masalah jika saya menggunakan studi kasus?
ataukah saya harus ganti dengan jenis penelitian lainnya?
terimakasih atas waktu yang sudah diluangkan utk membaca pertanyaan saya 🙂
LikeLike
Andha
Hai Mz…
Mo tnya.., ttg teori Metode MultiCase study (kualitatif), isinya apa saja dan bukunya siapa aja, trimakasih banyak mz Bambang…
LikeLike
bambangsukmawijaya
bukunya bisa baca karangan Robert K Yin berjudul: STUDI KASUS, Desain & Metode terbitan Rajawali Pers. yang lain kurang lebih sama. moga2 info ini cukup berguna.
salam,
BSW
LikeLike
ratih
saya mahasiswi UPI, ingin betanya mengenai pengaruh produk pariwisata terhadap brand image menurut ahli..dan mengenai pengertian-pengertian brand image menurut ahli tahun 2008. terima kasih atas bantuannnya.
LikeLike
dwi
Assalamualaikum.
terima kasih masukkannya.
semoga teman-teaman bisa terbantu dgn adanya diskusi di blog ini.
LikeLike
bambangsukmawijaya
sama2, dwi. trima kasih.
salam, B.
LikeLike
Thesa
dear mas bambang…
saya amat merasa kesulitan…udah ganti metode 4 kali dalam waktu 2 bulan ttg skripsi saya *pusing ngga tuh*
topik membahas tentang filosofi perusahaan, ingin neliti bagaimana pemaknaan karyawan terhadap filosofi ini. Saya neliti ttg Toyota Way. btw, itu bisa kan ya diteliti pake studi kasus dengan paradigma konstruktivis…??dosen menyarankan pake fenomenologi karena ini juga berhubungan sama corporate culture, tapi saya enggan banget pake fenomenologi, lamaaaa penelitiannya…jadi mu pake studi kasus…
so how??ada penjelasan?
terimakasih…tolong dijawab yaaa…
regards,
Thesa Anggi A.P
LikeLike
bambangsukmawijaya
thesa, kalau kau temukan kasus unik yang tentang persepsi karyawan terhadap filosofi perusahaan, kau boleh pake studi kasus.. lalu kau gunakan pendekatan interaksi simbolik. coba pelajari teorinya.. ngga usah yang terlalu rumit, pelajari intinya aja, dan bagaimana diaplikasikan ke penelitianmu..
kenapa interaksi simbolik? karena filosofi merupakan bagian dari simbol perusahaan.. bagaimana karyawan ‘berinteraksi’ terhadap simbol tersebut dan menghasilkan pemaknaan simbolik yang khas.. itulah yang perlu kau teliti.. pasti setiap karyawan memaknai berbeda terhadap simbol itu, dan bahkan mungkin ada yang menghasilkan ‘bahasa’ simbolik yang hanya bisa dipahami oleh mereka terhadap simbol tersebut.. semua itu pasti menarik untuk digali..
memang lebih asyik pake fenomenologi, karena metode ini lebih dekat ke interaksi simbolik, tapi kalau kau ragu, pake metode kualitatif dengan tipe penelitian eksploratif aja.. terlalu banyak pendekatan yang kau pakai malah akan membingungkan.. konstruktivis, dll..
sebetulnya fenomenologi tidak harus lama lho, kalo cuma skripsi, ngga perlu sesemprna desertasi, yang penting substansi masalahnya berhasil digali dan dijawab secara sederhana dari hasil penelitian itu.
kalau mau perfect, bahkan penelitianmuini bisa pake cultural studies.. lebih ‘heboh’ lagi dari fenomenologi.. tapi sudahlah nanti kau pusing hehe..
kalau kau suka studi kasus, ngga apa2, asal kau tembak suatu kasus tertentu yang unik.. misalnya: karyawan toyota di Indonesia kok tidak mengaplikasikan filosofi seperti dalam buku toyota way.. atau memaknai berbeda terhadap filosofi tersebut hingga mempengaruhi cara bekerja mereka, misalnya mungkin karena dipengaruhi oleh kultur khas Indonesia?
itu bisa kau jadikan studi kasus.. tapi pendekatan teorinya bisa tetap menggunakan interaksi simbolik..
mudah2an penjelasan singkat saya ini berguna.
salam,
BSW
LikeLike
griinii
bisa gag ngasih z file atw data tentang studi kasus kesulitan belajar matematika siswa dan implementasi pembelajaran matematika realistik pada siswa SD kelas IV.soalnya z lage pusing negh,maklum ine proposal z,tapi z maseh awam ttg studi kasus + maseh sedikit reverensi y z peroleh..terima kaseh bantuannya..!!tq
LikeLike
isun
Bapak, meminta ijin untuk copy paste tulisannya buat dasar met pen Laporan Studi kasus saya,
terima kasih Pak.
LikeLike
chue
ahay, Robert Ka Yin rujukan yang tepat beberpa dosen memberikan refensi yang sama ketika aku ty ttg studi kasus, mas bambang keren p0enjelasannya detail.
LikeLike
Aprina
askum.. mas mau nanya klo penelitian ke BEJ melihat dr data2 dsana (data sekunder) jenis penelitiannya apa??
metode studi kasus ato metode apa?? trims..
LikeLike
neesha
mas, salam kenal. aku mo tanya, bedanya studi kasus dengan survei itu apa ya? judul skripsi saya. Pengaruh motivasi dan citra merek terhadap keputusan pembelian produk IM3. saya bingung dengan judul itu termasuk ke dalam studi kasus atau survei, untuk tujuan penelitian saya hanya pada sebatas untuk menguji variabel saja? tolong di jawab ya mas. makasih banyk.
LikeLike
afrizta
pak bambang, saya mau tanya. saat ini saya melakukan penelitian tentang culture shock pada karyawan asing di salah satu perusahaan asing di kota malang.
menurut anda pendekatan apa yang lebih baik untuk digunakan?? fenomenologi atau studi kasus?? dosen saya menyarankan untuk menggunakan fenomenologi, tapi karena penyajian data nantinya akan banyak sekali. saya lebih memilih untuk menggunakan studi kasus.
toloong dijawab ya pak
terima kasih
LikeLike
bambangsukmawijaya
boleh studi kasus dalam kontek komunikasi lintasbudaya atau psikologi lintasbudaya, tapi harus jelas kasusnya apa.. apakah dengan cultural stock dia jadi depresi, atau justru kreatif? jadi kasusnya harus jelas dulu.. kalo fenomenologi, kamu teliti bagaimana si ekspat melihat dan memaknai dunia baru yang berbeda di sekelilingnya, jadi kamu harus tempel dia terus, ngbrol tanya2 secara alamiah, dan punya empati besar agar kamu bisa ‘pinjam’ kacamatanya dia dalam melihat dunia
LikeLike
Embakri
Hey semuanyaaa…. Salam Kenal
Karena isunya menggunakan kualitatif sebaiknya baca buku QUALITATIVE INQUIRY AND RESEARH DESIGN CHOOSING AMONG FIVE TRADITIONS jhon w. creswell sage publications 1997 siapa tau bukan fenomenologi atau studi kasus yg cocok buat penelitiaannya. Buat penggiat studi kasus kapan2 bisa gabung ke arsitektur UGM di bawah asuhan prof Bambang Hari W. kami biasanya berdiskusi pada hari kamis dalam FORUM KEMISAN dilt 3 syap timur jur arsitektur ugm demikian juga utk penggiat fenomenologi boleh share ke mhs s3 ars ugm karena mereka sudah sampai pada mengkaji 3 mashab dalam metode fenomenologi…. syg sekali blog kami masih tahap rekonstruksi…. Saya jug pernah menulis sedikit sari dari buku itu di embakri.wordpress.com sekitar 3 tahun yg lalu
LikeLike
bambangsukmawijaya
siiip!
LikeLike