Blog ini menampilkan spektrum warna-warni komunikasi dari berbagai sudut pandang

Monthly Archives: June 2008

komunikologiseptember2009_001Perkembangan TV Berbayar dan Implikasi Kepemilikan Asing di Indonesia: Studi Kasus Astro TV

(The Development of Pay TV  in Indonesia and the Implications of the Foreign Ownership: the Case of Astro TV)

Oleh: B. S. Wijaya 

DOI: 10.13140/2.1.1258.1929

Abstract: The presence of Astro TV throughout 2006-2008 had contributed significantly to the development of Pay TV in Indonesia, which had previously only be ‘complementary’ of the television industry, or in other words less popular than TV Terrestrial. The ‘brave’ gait of Astro TV, for example by lending decoder that later proved to be able to pick up a lot of customer interest, holds the exclusive rights to broadcast Premier League and creatively produces their own innovative local programs that carries Indonesian values, making Astro TV not only different and successfully penetrates the market rapidly, but also makes Pay TV increasingly popular among the people of Indonesia. Concerns about the implications of foreign ownership which can erode the national values, was apparently not proven. Astro TV as Pay TV that is ‘away from Rating rezime’ of terrestrial TV, it can freely produce local programs that promote national values through Astro Awani. In contrast, the purely local Pay TVs were rarely producing in-house programs with local Indonesian values. Thus, foreign ownership on Astro TV actually didn’t have a negative impact in the context of nationalism, dismissed the logic of foreign ownership that only brings the ideology and foreign interests. Continue reading


PROSES KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN

Oleh: B. S. Wijaya

Dalam komunikasi pemasaran, proses komunikasi bahkan harus dirancang sejak sebelum produk dibuat, karena produk itu sendiri adalah ”pesan”, dan pesan adalah bagian atau unsur dari komunikasi. Karena itu, produk yang baik adalah produk yang lantang ”berbicara”, tidak sayup-sayup atau samar. Sehingga, calon konsumen dapat menangkap dengan jelas apa yang ”disuarakan” produk tersebut. Keuntungan apa yang ditawarkan produk tersebut. Misalnya, sebuah riset etnografis dilakukan terhadap beberapa remaja untuk mengetahui aspirasi (need, dream, desire) mereka terhadap teknologi dan gaya hidup terkini. Rupanya, ditemukan beberapa hal yang menarik. Para remaja tersebut ”mengungkapkan aspirasi”-nya baik secara verbal maupun non verbal bahwa mereka tak dapat dipisahkan dari musik, kemanapun mereka pergi selalu membawa walkman atau discman. Kedua, mereka tak dapat dipisahkan dari teknologi komunikasi, baik handphone maupun internet. Repotnya, untuk dengar musik, mereka harus membawa segepok disc atau kaset sehingga tas mereka sering penuh dan memberatkan. Karena itu, produsen kemudian ”menjawab”-nya dengan menciptakan produk handphone musik yang lebih praktis dan memuat banyak lagu yang tersimpan pada memori chip komputer di dalam handphone tersebut. Jadi produk handphone musik adalah sebuah pesan jawaban terhadap aspirasi remaja. Continue reading


Pergeseran Paradigma ”Penjualan” ke Paradigma ”Komunikasi” dalam Pemasaran

 Oleh: B. S. Wijaya 

 

Philip Kotler dalam bukunya ”According to Kotler” (2005: 34) mengungkapkan tren-tren pemasaran baru dewasa ini antara lain: (1) dari pemasaran buat-dan-jual menjadi pemasaran kenali-dan-respons, (2) dari pemasaran massal menjadi pemasaran tekustomisasi (customized marketing), (3) dari pemasaran berbasis transaksi menjadi pemasaran berbasis hubungan (relationship marketing), (4) dari pemasaran bermediasi menjadi pemasaran langsung (direct marketing), (5) dari pemasaran satu-saluran menjadi pemasaran multisaluran (multi-channel marketing), (6) dari pemasaran berorientasi produk menjadi pemasaran berorientasi customer (customer-oriented marketing), (7) dari mengejar pangsa pasar menjadi mengejar pangsa customer (customer share), (8) dari monolog pemasar menjadi dialog customer.

Sementara Marc Gobe dalam bukunya ”Emotional Branding” (2003: 2) yang sangat inspiratif mengatakan bahwa gagasan inti untuk berhubungan dengan konsumen dan melayani konsumen sebagai makhluk yang nyata, hidup, bernapas, dan kompleks akan selalu mengalahkan gembar-gembor program pemasaran jangka pendek dan selalu menjadi kunci dalam menciptakan suatu merek yang mempunyai keberadaan emosional jangka panjang dalam kehidupan masyarakat. Continue reading


‘Dendam’ Marketing

Oleh: B. S. Wijaya, praktisi dan pemerhati Komunikasi Pemasaran, tinggal di Jakarta

 

Apa yang terjadi ketika dua tetangga saling bermusuhan? Apalagi jika keduanya jualan barang yang sama. Tentu akan terjadi persaingan ketat dalam memperebutkan pelanggan. Tidak tanggung-tanggung, kadang mereka harus banting harga serendah-rendahnya karena tidak ingin disalipi oleh sang pesaing. Mereka juga akan saling menyerang, saling membalas, saling melecehkan, bahkan saling menjatuhkan. Continue reading



%d bloggers like this: