Action Assembly Theory dari John Greene
Sebuah pesan tidak lahir begitu saja, tapi melewati suatu proses tertentu yang –disadari atau tidak disadari oleh pembuatnya—memengaruhi corak pesan tersebut. John Greene dalam teorinya Action Assembly Theory menjelaskan tentang cara seseorang mengorganisasikan pengetahuan dengan pikiran dan menggunakannya untuk membentuk pesan.
Greene menyebut dua komponen pengetahuan yakni pengetahuan isi (content knowledge) dan pengetahuan prosedural (procedural knowledge). You know about things, and you know how to do things (Terjemahan: Anda tahu tentang sesuatu, dan Anda tahu bagaimana melakukan sesuatu itu) (Littlejohn, 2005: 115). Dalam Action Assembly Theory, procedural knowledge menjadi pusat perhatian utama. Greene menggambarkan cara kerja procedural knowledge seperti titik-titik (node) yang saling terhubung satu sama lain bagaikan website di internet. Node pengetahuan tersebut terutama yang berkaitan dengan perilaku, konsekuensi dan situasi.
Ket. Gambar:Cara kerja procedural knowledge dengan node pengetahuan yang saling terhubung membentuk jejaring yang akhirnya menghasilkan sebuah pesan (Sumber Gambar: Hasil analisis penulis dalam Produksi Pesan Iklan Ambient Media dalam Konteks Komunikasi Berasa: Sebuah Studi Eksploratoris, Bambang Sukma Wijaya, 2009)
Greene memberi contoh ketika kita berjumpa seseorang, biasanya kita akan tersenyum dan mengucapkan, “Hai, apa kabar?” dan kemudian orang tersebut akan membalasnya dengan berkata, “Baik, bagaimana kabar Anda juga?”. Kita menyimpan ini dalam memori sebagai suatu pengetahuan yang saling berhubungan antara situasi menyapa seseorang, tindakan tersenyum, menggunakan kata-kata tertentu, dan mendapatkan hasil berupa balasan sapaan dari orang lain.
Pada kasus yang lebih kompleks, hal-hal yang saling berkaitan semacam itu, di mana pada prosedur tertentu terdapat hubungan yang paling sering digunakan atau yang terakhir digunakan –sehingga menjadi semakin kuat, maka node pengetahuan itu akan membentuk modul-modul atau pola. Greene menyebut modul-modu tersebut sebagai procedural record, yaitu sekumpulan hubungan yang terbentuk oleh node dalam kegiatan jaringan yang cenderung menguat.
Lebih lanjut, Greene juga menjelaskan bahwa jika hubungan pengetahuan tersebut menjelma menjadi beberapa himpunan kegiatan dalam urutan tindakan tertentu yang secara kuat saling berkelompok dan sering digunakan, maka akan menjadi tindakan yang terprogram. Greene mengistilahkan tindakan terprogram ini sebagai “unitilized assemblies”. Ritual memberikan salam seperti yang dipaparkan di atas merupakan contoh yang bagus mengenai “unitilized assemblies”.
Menurut Greene, tidak ada tindakan tunggal yang dapat berdiri sendiri. Setiap tindakan memengaruhi tindakan yang lain dengan suatu cara tertentu. Untuk memperkenalkan diri misalnya, kita harus menggunakan berbagai tindakan mulai dari tekanan suara dengan kata-kata dan gerakan. Untuk menuliskan paragraf, kita harus menggabungkan berbagai aksi dari pengetahuan yang terkordinasi dalam bahasa untuk menulis atau mengetik.
Tindakan tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam jaringan pengetahuan. Setiap bagian pengetahuan merepresentasikan sesuatu untuk melakukannya. Tujuan yang lebih tinggi (seperti melakukan perkenalan) dan yang lebih rendah (seperti tersenyum) digabungkan dalam sebuah hasil representasi yang mengantarkan kita ke suatu tindakan komunikasi.
yanwardi
Apa kabar ? Masih ingat saya? Kita, kalau tak salah, pernah satu atap di Octis Advertising. Luar biasa, kamu kian melesat ilmunya.
Sebaliknya, saya jalan di tempat. Sejak tahun 2000, saya sama sekali sudah tidak bersentuhan dengan dunia iklan. Hanya sesekali menulis tentang kebahasaan.
Saya jadi kangen kembali pada dunia iklan saat membuka blog kamu. Boleh saya kontak kamu untuk menyiram kembali wawasan saya yang telah lama kering. Terima kasih, Bang.
081311146888
LikeLike
bambangsukmawijaya
ohya, yanwar.. tentu msh ingat.. apa kabar? sibuk apa sekarang?
saya masih gini2 aja kok, hehe.. msh terus belajar.. dan terus berbagi..
ohya, boleh diskusi, lewat blog ini juga boleh. Maaf saya suka telat membuka blog ini, karena banyak sekali ternyata comment2 yang ke-pending, dan saya harus cukup sabar untuk membalasnya satu2, terutama di tengah kesibukan rutin.
oke, salam buat teman2 lain. Moga sukses ya!
cheers, B
LikeLike
elymart jastro
Mas Bambang, apakah teori produksi pesan ini bisa diterapkan di museum?
Soalnya saya sedang menulis skripsi tentang produksi pesan koleksi di Museum Bahari.
LikeLike
bambangsukmawijaya
Elymart, saya belum jelas mengenai penelitian kamu. Pesan dibuat oleh siapa/apa? Kalau kamu meneliti dari sisi kreator pesan, maka teori ini bisa digunakan. Saya berharap agar kamu memperjelas dulu masalah penelitian yang akan kamu kaji.
thanks, B
LikeLike