Brand Social Responsibility: An Integrative Perspective
by B. S. Wijaya
Abstract
This article presents a description of brand social responsibility (BSR) integrally from a philosophical and strategic perspective. Philosophically, BSR can be defined as the brand’s good faith in offering products responsibly, starting from the intention, input, process, and output, to outcome stages, to positively and beneficially impact consumers and society at large. Strategically, BSR is the effort of a brand in communicating its values through activities that carry social meaning or show social responsibility for humanity and the natural environment. Some crucial traits determine BSR strategy’s success; the program must be charitable, linkable, responsible, sustainable, investable, communicable, collaborative, and inspirational. Charitable is related to the brand’s sincere, empathic, altruistic, compassionate, and philanthropic attitudes. Linkable is about brand relevance, as well as meaningful connections in community involvement. Responsible refers to moral and social considerations of its impacts and consequences. Sustainable is the extent to which the brand’s social mission contributes to the survival of the brand itself and the continuity of the brand good perceived by the community. Investable relates to the ability of the program to attract investment potentials, whether economic (financial, capital, material), social (relations, communities, networks), political (regulatory impact, government support, moral movement), cultural (lifestyle, habits, and people’s mindset according to the brand’s social mission), and psychological (happiness, satisfaction, well-being). The program must be Communicable, in the sense that the message delivered is clear, engaging, and useful, in a pleasant, creative, and effective manner, without harmful excesses. The program must also be Collaborative, attracting many partners, sponsors, and volunteers to get involved. Finally, the BSR program should be Inspirational, mobilizing other brands, competitors, and the community to do the same good.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL MEREK: Pendekatan Integratif
Artikel ini memaparkan gambaran tanggung jawab sosial merek (BSR) secara terpadu dari perspektif filosofis dan strategis. Secara filosofis, BSR dapat diartikan sebagai itikad baik merek dalam menawarkan produk secara bertanggung jawab, mulai dari niat, masukan, proses, dan luaran, hingga tahapan hasil, yang berdampak positif dan menguntungkan bagi konsumen dan masyarakat luas. Secara strategis BSR merupakan upaya suatu merek dalam mengkomunikasikan nilai-nilainya melalui kegiatan yang mengandung makna sosial atau menunjukkan tanggung jawab sosial terhadap kemanusiaan dan lingkungan alam. Beberapa ciri penting menentukan keberhasilan strategi BSR; program harus charitable, linkable, responsible, sustainable, investable, communicable, collaborative, dan inspirational. Charitable terkait dengan sikap merek yang tulus, empatik, altruistik, welas asih, dan filantrofis. Linkable adalah tentang relevansi merek, serta hubungan penuh makna dalam keterlibatan komunitas. Responsible mengacu pada pertimbangan moral dan sosial dari dampak dan konsekuensinya. Sustainable adalah sejauh mana misi sosial merek berkontribusi terhadap kelangsungan merek itu sendiri dan keberlanjutan persepsi sebagai merek yang baik di mata masyarakat. Investable berkaitan dengan kemampuan program untuk menarik potensi investasi, baik ekonomi (finansial, modal, material), sosial (relasi, komunitas, jaringan), politik (dampak regulasi, dukungan pemerintah, gerakan moral), budaya (gaya hidup, kebiasaan, dan pola pikir masyarakat sesuai dengan misi sosial merek), dan psikologis (kebahagiaan, kepuasan, kesejahteraan). Program harus Communicable, dalam arti pesan yang disampaikan jelas, menarik, dan bermanfaat, dengan cara yang menyenangkan, kreatif, dan efektif, tanpa ekses yang merugikan. Program juga harus Collaborative, menarik banyak mitra, sponsor, dan relawan untuk terlibat. Terakhir, program BSR harus Inspirational, mampu menginspirasi merek lain, pesaing, dan komunitas untuk melakukan hal yang sama.
Read more: Brand Social Responsibility
Cite this article: Wijaya, B. S. (2011). Brand Social Responsibility: An Integrative Perspective. Journal Communication Spectrum, 1(2), 203-218. https://doi.org/10.36782/jcs.v1i2.2097
Dancing with the Impropriety of Media: How Indonesian Consumers Think and Behave towards the Unethical and Illogical Online News
by B. S. Wijaya
Abstract: The rise of online media makes us now everyday are bombarded by a number of online news content which are sometimes unethical and illogical. Without considering the adverse effects it causes, the media continue to treat news consumers with inappropriate content. News consumers as if hypnotized to ‘dance’ following the rhythm of that impropriety. How do news consumers, especially in Indonesia, think and behave towards the issue? This paper captures the voices of consumers and reviews their judgements regarding the ethical and logical discourse of the news provided by online media. Continue reading
Relasi Konsumen dan Merek dalam Dimensi Simbolik, Sosial dan Politik
Oleh: B. S. Wijaya
Abstrak: Oleh Baudrillard (1996), ‘merek’ (‘brand‘) disebut memberi kontribusi bagi masa depan bahasa konsumsi. Kita pun dapat melihat dewasa ini merek menjadi wacana yang mengintrusi hampir segenap sisi kehidupan masyarakat pascamoderen, dan dibahasakan dalam konteks konsumsi secara luas. Hal ini berimplikasi pada konstruksi relasi konsumen dan merek yang bergerak dalam berbagai dimensi pemaknaan yang tidak tunggal. Makalah ini mengkaji secara konseptual bagaimana konstelasi makna relasi konsumen dan merek dalam dimensi simbolik, sosial dan politis. Continue reading
Brand Activation dan Komunikasi Berasa*
Oleh: B. S. Wijaya**
Mengapa sebuah brand perlu diaktivasi? Apanya yang diaktivasi? Apa sebenarnya makna dari aktivasi itu? Kita dapat menelusurinya melalui perubahan paradigma dari rezim komunikasi linier ke komunikasi sebagai budaya (communication as culture) yang menekankan pada kebermaknaan dan keberagaman resepsi pesan. Selama bertahun-tahun, kita ‘dijajah’ oleh asumsi teori jarum suntik yang menganggap pesan yang kita sampaikan melalui media massa akan diterima sama oleh khalayak konsumen. Artinya, media memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi massa. Maka iklan pun menjadi senjata andalan, karena dianggap paling efektif dalam menyuntikkan pesan-pesan produk ke syaraf preferensi konsumen.