Abstrak Tesis:
PRODUKSI PESAN IKLAN AMBIENT MEDIA DALAM KONTEKS KOMUNIKASI BERASA: SEBUAH STUDI EKSPLORATORIS
Oleh: B. S. Wijaya
Semakin padat dan ramainya pesan-pesan komunikasi pemasaran di media-media konvensional, membuat banyak pengiklan kini mulai melirik cara-cara berkomunikasi melalui media yang tidak biasa. Salah satunya melalui iklan berbentuk ambient media. Iklan ambient media memiliki ciri khas yaitu mampu menyinergikan pesan dan pengalaman khalayak konsumen, sehingga khalayak dapat langsung merasakan kebenaran pesan yang disampaikan. Karena unik, iklan ambient media juga dapat menimbulkan word-of-mouth.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana kreator iklan memproduksi pesan iklan ambient media yang mampu bersinergi dengan pengalaman khalayak. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui, mengkaji dan memahami pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan kreator dalam menciptakan pesan iklan ambient media, (2) mengetahui dan memahami cara kreator mengolah pengetahuan tersebut menjadi pesan iklan ambient media yang mampu bersinergi dengan pengalaman khalayak konsumen. Penelitian eksploratoris ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretif yang memadukan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan netnography. Subyek utama penelitian ini adalah para kreator yang memiliki pengalaman membuat iklan ambient media, mulai dari executive creative director, creative director, art director, copywriter hingga mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang karya iklan ambient media-nya pernah memenangkan lomba kreatif iklan. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan mengkategorisasi, menginterpretasi makna, mendialogkan dengan teori dan sumber-sumber lain serta triangulasi khalayak konsumen. Continue reading
Di Barat, orang yang mengampanyekan kelebihan-kelebihan dirinya untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya (eksistensi diri), dianggap wajar bahkan dianjurkan. Selain agar lebih dikenal, sikap ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Karena itu, tak heran, para tokoh-tokoh politik misalnya seperti di Amerika, tanpa ragu-ragu aktif mengampanyekan diri, menunjukkan kelebihan-kelebihannya, bahkan acapkali menunjukkan kelemahan lawan, menutupi kekurangan diri, dan pada akhirnya dipilih oleh sebagian besar rakyat. Semakin percaya diri dengan kelebihan-kelebihannya, semakin dianggap mampu dan dapat diandalkan. Hal ini juga bisa terjadi di kalangan swasta, atau pada kelompok-kelompok pergaulan kecil, misalnya di kalangan remaja, mahasiswa, dan lain-lain. Menunjukkan kelebihan diri merupakan suatu keharusan untuk memperoleh eksistensi diri dan kepercayaan diri. Continue reading
Mau Menguasai Suatu Organisasi..? Pegang Anggota ‘Klik’-nya!
Setidaknya ada beberapa unsur dalam jaringan komunikasi pada suatu organisasi yang memiliki peranan cukup penting. Kita dapat membagi mereka ke dalam anggota klik dan bukan anggota klik. Klik adalah sebuah kelompok individu yang paling tidak separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Agarwala-Rogers (1976) mengemukakan bahwa “kebanyakan anggota klik relative akrab satu sama lain baik dalam komunikasi formal maupun informal”. Satu prasyarat keanggotaan klik adalah setiap individu harus mampu melakukan kontak satu sama lain, bahkan dengan cara tidak langsung. Anggota klik adalah jantung sistem dan bertindak sebagai tujuan akhir bagi kebanyakan pesan. Beberapa anggota klik, antara lain: Continue reading
Hati-hati dengan ‘Selentingan’..!
Oleh: B. S. Wijaya
Dalam komunikasi organisasi, “selentingan” digambarkan sebagai ”metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa” (Sten, 1967). Meskipun sumbernya tampak ”rahasia” namun informasi itu sendiri bukan rahasia. Informasi yang diperoleh lebih memperhatikan ”apa yang dikatakan dan didengar orang-orang” daripada apa yang dikeluarkan pemegang kekuasaan secara resmi. Karena sifatnya yang informal/personal, maka arah aliran informasinya tidak stabil, bisa mengalir ke atas, ke bawah, kiri, kanan dan melintasi saluran dengan hanya sedikit saja yang melewati hubungan posisional. Continue reading
Teori Rasional
Pendekatan berdasarkan teori rasional dimulai dengan asumsi bahwa apa yang kita percayai menentukan bagaimana kita berperilaku. Sehingga menurut perspektif teori ini, upaya untuk mengubah perilaku pegawai harus dititikberatkan pada perubahan kepercayaannya. Tanpa perubahan kepercayaan, seseorang akan mengikuti sifat-sifat lama atau kembali ke masa silam. Combs, Avila, dan Purkey (1971) mengemukakan pentingnya personal meaning sebagai salah satu faktor pengubah kepercayaan, sedangkan Craighead, Kazdin, dan Mahoney (1976) mengemukakan tentang self-verbalization.
Pendekatan rasional terhadap perubahan didasarkan pada pengaruh kuat kepercayaan, pemaknaan personal, bahasa dan verbalisasi-diri pada perilaku. Contoh: Saya percaya bahwa untuk dapat kenaikan gaji lebih cepat, maka saya harus pindah kerja ke perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi (personal meaning). Hal ini memengaruhi perilaku saya yang mudah pindah kerja, sampai suatu ketika saya membaca sebuah artikel yang mengubah kepercayaan saya tersebut. Sering pindah kerja membuat karir tidak stabil dan dapat merusak reputasi profesionalisme kita. Sejak itu saya berpikir seribu kali sebelum memutuskan pindah kerja meskipun gaji yang ditawarkan cukup menggiurkan. (BSW)